![](https://i0.wp.com/buser88news.online/wp-content/uploads/2024/05/sekretaris-pgri-kabupaten-sukabumi-asep-nurahman-menunjukan-bukti-pelaporan-ke-polres-sukabumi_169557035315306229633.jpeg?resize=650%2C366&ssl=1)
Sukabumi – Sejumlah pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Sukabumi mendatangi Gedung Satreskrim Polres Sukabumi. Mereka melaporkan pemilik akun media sosial yang diduga menghina profesi guru dan dikaitkan dengan peristiwa kecelakaan peserta Study tour di Subang beberapa waktu lalu.
Asep Nurahman Sekretaris PGRI kabupaten Sukabumi mengatakan ia melaporkan warganet tersebut dengan pasal pencemaran nama baik dan UU ITE.
“Kami dari pengurus PGRI Kabupaten Sukabumi melaporkan pencemaran nama baik, termasuk juga penghinaan oleh oknum di akun media sosial Facebook ‘AT’ (inisial) meskipun telah dihapus, kami sudah mengambil screenshot,” kata Asep didampingi Udep Suherdi, Sekbid Advokasi PGRI, Kamis (16/5/2024.
Pelaporan itu juga disebut Asep untuk meredam tensi panas rekan-rekan seprofesinya karena tidak sedikit yang merasa tersinggung dengan unggahan warganet tersebut.
“Hal itu memancing reaksi yang begitu besar dari teman-teman guru yang merasa tersinggung dan ini bukan hanya di Sukabumi saja bahkan di berbagai kabupaten/kota di Jawa Barat. Kami punya grup Jawa Barat dan kemungkinan hari ini ada 5 kabupaten kota yang mau melaporkan juga,” ujarnya.
“Pelaporan juga untuk sedikit meredam teman-teman kami jangan sampai mereka yang sedang memanas hari ini melakukan hal yang di luar hukum atau bertindak sendiri-sendiri begitu,” sambung dia.
Unggahan AT sendiri berisi umpatan, cacian dan makian terhadap profesi guru. Unggahan itu juga diketahui viral di media sosial dan memantik banyak reaksi dari warganet lainnya, menurut Asep seharusnya AT menyebut kalimat oknum jika memang hal itu ditujukan kepada satu pendidik saja.
“Penghinaannya ditujukan pada guru-guru tidak ada perorangan oleh itu kami selaku organisasi profesi yang memiliki jati diri yang tentunya membela hak-hak anggota yang tentunya harus kami lakukan sesuai dengan AD/ART. Soal pengunggah status itu juga sudah kami ketahui berkat masyarakat, teman-teman ormas, yang peduli terhadap kami sehingga si pembuat status tersebut diketahui keberadaannya. Informasinya dia tinggal di Surade, Kabupaten Sukabumi,” bebernya.
Pelaporan itu juga disebut Asep untuk meredam tensi panas rekan-rekan seprofesinya karena tidak sedikit yang merasa tersinggung dengan unggahan warganet tersebut.
“Hal itu memancing reaksi yang begitu besar dari teman-teman guru yang merasa tersinggung dan ini bukan hanya di Sukabumi saja bahkan di berbagai kabupaten/kota di Jawa Barat. Kami punya grup Jawa Barat dan kemungkinan hari ini ada 5 kabupaten kota yang mau melaporkan juga,” ujarnya.
“Pelaporan juga untuk sedikit meredam teman-teman kami jangan sampai mereka yang sedang memanas hari ini melakukan hal yang di luar hukum atau bertindak sendiri-sendiri begitu,” sambung dia.
Unggahan AT sendiri berisi umpatan, cacian dan makian terhadap profesi guru. Unggahan itu juga diketahui viral di media sosial dan memantik banyak reaksi dari warganet lainnya, menurut Asep seharusnya AT menyebut kalimat oknum jika memang hal itu ditujukan kepada satu pendidik saja.
“Penghinaannya ditujukan pada guru-guru tidak ada perorangan oleh itu kami selaku organisasi profesi yang memiliki jati diri yang tentunya membela hak-hak anggota yang tentunya harus kami lakukan sesuai dengan AD/ART. Soal pengunggah status itu juga sudah kami ketahui berkat masyarakat, teman-teman ormas, yang peduli terhadap kami sehingga si pembuat status tersebut diketahui keberadaannya. Informasinya dia tinggal di Surade, Kabupaten Sukabumi,” bebernya.
Soal pemicu, Asep membeberkan, status itu dibuat dipicu kejadian kecelakaan peserta study tour yang terjadi di Ciater, Subang beberapa waktu lalu yang memakan korban jiwa. Sayangnya menurut Asep, AT malah membuat unggahan seolah mengarahkan hal itu akibat kesalahan para guru.
“Pemicu adalah karena ada kejadian kaitan dengan kecelakaan bis di Subang Ciater, yaitu SMK Lingga Depok sampai menelan korban. Nah itu salah satu pemicunya yang seolah menyalahkan pada guru silakan itu tapi jangan sampai menghina profesi guru yang semuanya guru disamaratakan,” pungkasnya.
Eksplorasi konten lain dari
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.